Selasa, 18 Desember 2012

arti cinta sejati dan arti angka 24



                                      Karya: Rahmatul Muzakir
                                 
Aku  Andika, anak pertama dari kedua orang tuaku. Ayahku bernama Letjen Andi Raisman dan Ibuku bernama Aninda Rahma Wati. Angka keberuntunganku adalah angka 24. Karena, aku di lahirkan tepat tanggal 24, bulan ke 4 dari 12 bulan masehi pada tahun aku di lahirkan, yaitu 1994. Itu sebabnya angka keberuntunganku adalah angka 24. Nenekku berkata, “Belilah apapun barang kesukaanmu warna hijau, dan pada tanggal 24 maka kamu akan mendapat keberuntungan.” Namun aku tidak percaya pada apa yang dikatakan nenek. Aku beli barang pada tanggal 18 dan warnanya biru. Ternyata nenekku benar, aku kena sial. Pagi sial, siang pun sial. Namun setelah mandi sore, kesialanku pun berakhir tanpa jejak.
Esok harinya, aku pergi sekolah. Lalu aku bertemu orang yang memakai baju biru. Setelah itu, aku pun  kena sial. Aku terpleset di selokan dekat sekolah. Semua teman-teman menertawaiku, dan aku pun jadi malu. “Aduh sialan aku kena sial lagi gara-gara melihat orang yang memakai baju biru itu,” gumamku dalam hati yang terluka karena ditertawakan teman-temanku. Tiba di sekolah, aku pergi ke toilet lalu ku cuci mukaku dengan rasa gumam.
Aku mulai berfikir, kalau keberuntunganku letaknya di angka 24, berarti aku harus mencari cewek yang tanggal lahirnya sama denganku. Kalau tidak, aku tidak akan mendapat kekasih idamanku selama ini. Lalu aku bertanya pada sahabat karibku sejak kecil, yaitu  Toni. Ia adalah sahabat yang bisa mengerti perasaanku saat ini. Kalau urusan perempuan, dialah rajanya. Lalu dia mencarikanku  seorang wanita, ketika aku makan bersama di Lesehan Tifa. Dia mengatakan ada beberapa cewe’ yang lahirnya tanggal 24, yaitu Rena, cewek yang suka banyak makan, tidak begitu menarik, Anita, cewek yang sukanya shopping, dan bagiku dia juga tidak begitu menarik. Dan yang terakhir adalah Sherina, artis yang cantiknya tidak tertandingi. Walaupun aku sama sekolah dengannya, sifatku lumayan pemalu, jadi aku akan coba dulu pedekate sama dia.
Ketika jam istirahat dibunyikan, aku makan di kantin Bu Eli dengan Toni. Toni melirik ke  arah Sherina. Ia bilang padaku ,”Hey, Ka. Lihat tuh si cewe’ cantik lagi makan di meja sebelah.” Aku pun terkejut. Lalu ku sapa dia, dan pura-pura nanya namanya, walaupun aku sudah tahu namanya sejak kelasnya tetanggaan dengan kelasku, lalu aku ajak ngobrol dan aku janjikan akan sama pulangnya dengan dia. Bel jam pulang pun berbunyi, aku menunggunya di pintu gerbang menjelang pulang, dan aku mengajaknya jalan-jalan ke Puncak. Dan pada saat itulah, aku menyatakan perasaan yang telah lama disimpan di hatiku, aku merasa cemas dan takut kalau cintaku ditolak. Aku tidak akan dapat  cewe’ cantik lagi. Lalu dia menjawab isi hatiku dengan jawaban yang kuinginkan, lalu aku langsung berteriak,”Ternyata, aku bisa mendapatkan kekasih hati yang selama ini aku dambakan. Hey, langit dan bumi, dengarkanlah perasaanku saat ini, turunkan hujan sebagai bukti rasa cintaku padanya,” begitu hujan turun, aku segera memeluk dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Lalu dia tersenyum manis padaku, dan aku langsung menyapa senyumannya dengan senyum bahagiaku.
Setelah kembalinya aku dari puncak itu, aku langsung mengantar dia pulang, karena aku takut dia sakit. Sesampainya di rumahnya, aku bertemu dengan Ibunya Sherina. Aku menyapanya dan beliau membalas sapaanku dengan senyuman,”ada apa dengan anakku?,” aku jawab, “Tidak ada apa-apa dengan Sherina kok bu, saya hanya ingin mengantarnya pulang saja. Karena hari hujan, saya takut dia sendirian pulangnya. Hujan-hujanan lagi,”kataku. ”Ooo... Makasih ya nak. Mungkin kalau tidak ada nak Dika, anak satu-satunya ibu jadi sakit karena kehujanan, tidak mungkin kan, kalau perempuan dibiarkan sendirian kehujanan,”kata ibu Sherina.  “Ya bu. Terima kasih ya bu. Saya pulang dulu, Assalamualaikum”.
Keesokan harinya, aku mencari kekasih hatiku ke kelasnya, kata temannya dia tidak masuk sekolah hari ini, dan sewaktu pulang sekolah aku langsung menyusulnya ke rumahnya. Rupanya dia tidak ada di rumahnya. Aku teringat kemaren hari hujan. Mungkin dia sakit. Lalu aku pergi ke rumah sakit. Rupanya dia ada di rumah sakit. Sambil lewat, aku mendengar ucapan seorang dokter kepada ibu Sherina.  Rupanya Sherina menderita penyakit jantung. Mendengar ucapan itu, aku langsung ke kamar Sherina, yaitu kamar 024. Aku melihatnya sedang diperiksa oleh seorang dokter. Aku mendengar ucapan dokter pada Sherina. Dokter itu mengatakan bahwa Sherina akan segera dioperasi oleh tim dokter.
Ketika Sherina akan dioperasi, aku membuat surat untuknya. Aku bilang pada dokter tersebut agar mengganti nyawaku dengan nyawanya, yaitu dengan mengganti jantungnya dengan satu-satunya jantung yang ku punya. Lalu dokter segera mempertimbangkannya, dan mengatakannya pada Ibu Sherina, dan Ibu  Sherina menyetujui permintaanku. Begitu juga dengan  dokter.  Aku menitip beberapa lembar  surat dan seuntai bunga mawar kepada Ibu Sherina.
Pagi itu dingin sekali. Udara yang dihirup oleh kekasih hatiku adalah udara yang selalu dihirup oleh nyawaku. Lalu Sherina menanyakan tentang diriku kepada ibunya. Ibunya pun memberikan surat dan bunga mawar dariku untuknya. Setelah ia membacanya, dia merasakan denyut jantungku di dadanya. Sambil menangis, dia berteriak, ”Mengapa kau tinggalkan  diriku, dengan menukarkan nyawamu dengan nyawaku ?” Lalu dia menangis sambil berlutut dihamparan pasir di depan rumahnya.
 Sudah seminggu Sherina tidak sekolah karena menangis atas  kepergianku. Akhirnya dia mulai mengerti cinta suci itu apa. Yang dia rasakan sejak pertama kali berjumpa denganku. Dan dia mulai sadar cinta itu bukanlah permainan orang yang tak mengerti dengan arti cinta sejati. Dia menatapi langit dan berkata di dalam hatinya,  “Hanya kaulah yang dapat mencintaiku sepenuhnya, dan aku tak akan mencintai siapa pun kecuali kamu, engkaulah cinta sejatiku. Cinta pertama dan terakhirku.” Begitulah akhirnya Sherina mulai menyadari arti cinta sejati itu dan itulah arti keberuntungan yang selama ini yang  tak pernah ku tahu.  

0 komentar:

Posting Komentar